Jumat, 01 Oktober 2010

Sejenak bersama Pak Ferdiansjah


Hai Fluider, kali ini fluida akan memberikan biodata dari seorang dosen Jurusan Teknik Fisika (JTF), tapi tidak hanya sekedar biodata belaka saja, namun pengalaman-pengalaman hidup beliau yang sangat berguna untuk memotivasi hidup kita. Yuk kita bongkar.
Melihat dari foto di tulisan ini pun teman-teman sudah bisa mengetahui siapa yang akan Fluida perkenalkan kepada teman-teman.
Pria yang bernama lengkap Ferdiansjah, ST. Mg, Sc ini adalah salah satu dosen di JTF yang telah mengabdi untuk JTF selama lebih kurang 8 tahun dimulai semenjak tahun Desember 2002. Dosen yang berasal dari Surabaya ini juga merupakan salah satu lulusan strata 1 dari program studi Teknik Nuklir Universitas Gadjah Mada tahun 2000. Beliau tidak serta merta bisa lulus dengan mudah saat kuliah di program studi Teknik Nuklir, bahkan saat awal kuliah di UGM pun beliau menghadapi masalah dengan keluarga beliau, dimana Ibunda beliau tidak mengizinkan beliau kuliah di program studi teknik nuklir. Namun beliau pun dengan tekad yang kuat ingin terus belajar di program studi Teknik Nuklir dan komitmen bahwa “Jika ada orang yang tidak setuju dengan pilihan hidup saya, saya akan menunjukan bahwa pilihan hidup saya baik bagi saya, saya akan menunjukan dan membuktikan pilihan hidup saya”.
            Dosen yang biasa dipanggil Pak Ferdi ini pada mulanya tidak bercita-cita sebagai dosen. Sewaktu beliau menduduki bangku sekolah dasar, beliau ingin menjadi guru sekolah dasar. Saat beliau menduduki bangku sekolah menengah pertama, beliau inign menjadi guru sekolah menengah pertama. Begitupun saat beliau menduduki bangku sekolah menengah umum, beliaupun ingin menjadi seorang guru sekolah menengah umum. Tentu Fluider bisa menebak kan? Ketika Pak Ferdi menduduki bangku kuliah, beliau ingin menjadi apa? Tentu saja beliau ingin menjadi seorang Dosen. Setelah beliau lulus di jenjang pendidikan strata 1, beliau yang ining menjadi dosen JTF ternyata tidak bisa menjadi dosen dikarenakan staff pengajar di JTF pada waktu itu penuh. Kemudian dari semenjak itu sampai pada tahun 2002 beliau menjadi guru Sekolah Menengah Atas.
            Momentum yang Pak Ferdi selalu ingat saat akan menjadi dosen adalah momentum ketika wawancara. Saat wawancara untuk menjadi dosen, sang pewawancara bertanya kepada Pak Ferdi“Dosen kan gajinya sedikit, apa anda siap digaji sedikit? ”, beliaupun menjawab “Betul gaji dosen itu sedikit, tapi selama membaca koran, saya tidak pernah mendengar dosen terkena busung lapar”. Kemudian sang pewawancara bertanya kembali “Karirnya pingin jadi apa sih? ”, dengan lantang Pak Ferdi menjawab “Rektor”.
Ketika beliau bisa menjadi dosen di JTF ini ternyata Pak Ferdi menemukan kendala yang baru yaitu ketika beliau harus mengajar teman-teman seangkatannya dan kakak angkatannya, kemudian beliau harus menguji pendadaran kakak angkatannya. Beliaupun masih teringat saat beliau pertama kali memberikan nilai E dan saat beliau tidak meluluskan mahasiswa yang menjalani pendadaran. Hal-hal tersebut membuat perasaan beliau tidak nyaman karena beliaupun pernah merasakan menjadi mahasiswa, namun seiring berjalannya waktu beliau sudah bisa mengendalikan perasaan beliau dan bersikap professional kepada tiap mahasiswa.
Fluidapun melontarkan pertanyaan yang beasalkan dari rasa penasaran kepada Pak Ferdi “Setelah bapak menjadi dosen, apakah bapak cocok dengna profesi tersebut?”. Pak Ferdi pun menjawab “Dosen merupakan pekerjaan yang sesuai bagi saya karena dosen tidak bekerja berdasarkan waktu melainkan berdasarkan target, dengan menjadi dosen saya dapat berinteraksi secara langsung dengan para mahasiswa. Dengan menjadi dosen saya dapat mengajar dan melakukan penelitian, kemudian suasana kerja JTF tidak strik hirarki, namun suasananya paguyuban.
Setelah beliau menjadi dosen di JTF pada tahun 2002, pada tahun 2005 beliaupun mendapatkan beasiswa dari ADS dan dapat berkuliah di New South wales University dengan mengambil jurusan Foto voltage engginerring. Beliau menyelesaikan kuliahnya tepat waktu yaitu selama 2 tahun. Saat beliau berkuliah di Australia, beliau menemukan suatu maksud yang ditujukan pemerintah Australia kepada para mahasiswa Indonesia yaitu agar mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Australia pikirannya menjadi lebih terbuka tentang Australia.
Pandangan beliau tentang ospek jurusan yaitu bermanfaat jika panitia dapat mendesain acara itu dengan baik. Pandangan beliau tentang KMTF yaitu “KM sekarang anggotanya lebih banyak dibandingkan pada zaman saya, lebih bnayak yang ngurusin dan kegiatannya lebih rame”.
Di penghujung wawancarapun beliau memiliki pesann untuk para mahasiswa baru “Kuliah itu tidak selalu enak semua, tetapi kuliah itu bukan tidak enak semua. Kuliah itu adalah mix antara dua hal tersebut. Belajarlah menjadi orang dewasa, menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan. Jadilah bijaksana dengan menghadapi masalah”